Tuban merupakan kabupaten yang terletak di bagian utara propinsi Jawa Timur,100 km sebelah barat Surabaya Berbatasan dengan Laut Jawa pada bagian utaranya.Selain dikenal sebagai kabupaten penghasil kacang terbaik dan juga dikenal sebagai kota TUAK (minuman yang berasal dari pohon bogor/siwalan ),Tuban juga merupakan kota yang memiliki banyak objek wisata.Goa NGERONG misalnya.
Ngerong terletak di kecamatan Rengel,30 km selatan kota Tuban.Obyek wisata ini menawarkan keindahan aliran sungai yang kengalir dari dalam goa. Air disungai ini tidak pernah kering meskipun saat musim kemarau. Anda juga dapat berenang bersama ratusan ikan dengan berbagai jenis yang ada dalam sungai tersebut.Bukan hanya itu saja , didalam goa tersebut juga di huni oleh ribuan kelelawar .selain itu wisatawan yang mengunjungi juga dapat membeli makanan ikan lalu memeberi makan ikan - ikan yang ada di goa ngerong .Untuk menjangkau lokasi tersebut sangatlah mudah, karena obyek wisata ini terletak persis di jalan raya Tuban- Bojonegoro.
Selain Goa ngerong masih terdapat lagi obyek wisata yang tidak pernah sepi pengunjung,yaitu Makam Sunan Bonang.Sunan Bonang merupakan salah satu dari wali songo, penyebar agama islam di pulau Jawa. Setiap hari Makam Sunan Bonang dikunjungi oleh para peziarah.Pada saat-saat tertentu jumlah wisatawan yang datang bisa mencapai seratus kali lipat dari hari-hari biasanya.Misalnya saat haul Sunan Bonang yang diperingati setiap malam Jum’at wage,bulan Syuro.Makam Sunan Bonang terletak di sebelah selatan masjid Agung Tuban atau sebelah barat alun-alun kota Tuban .
Ngerong terletak di kecamatan Rengel,30 km selatan kota Tuban.Obyek wisata ini menawarkan keindahan aliran sungai yang kengalir dari dalam goa. Air disungai ini tidak pernah kering meskipun saat musim kemarau. Anda juga dapat berenang bersama ratusan ikan dengan berbagai jenis yang ada dalam sungai tersebut.Bukan hanya itu saja , didalam goa tersebut juga di huni oleh ribuan kelelawar .selain itu wisatawan yang mengunjungi juga dapat membeli makanan ikan lalu memeberi makan ikan - ikan yang ada di goa ngerong .Untuk menjangkau lokasi tersebut sangatlah mudah, karena obyek wisata ini terletak persis di jalan raya Tuban- Bojonegoro.
Selain Goa ngerong masih terdapat lagi obyek wisata yang tidak pernah sepi pengunjung,yaitu Makam Sunan Bonang.Sunan Bonang merupakan salah satu dari wali songo, penyebar agama islam di pulau Jawa. Setiap hari Makam Sunan Bonang dikunjungi oleh para peziarah.Pada saat-saat tertentu jumlah wisatawan yang datang bisa mencapai seratus kali lipat dari hari-hari biasanya.Misalnya saat haul Sunan Bonang yang diperingati setiap malam Jum’at wage,bulan Syuro.Makam Sunan Bonang terletak di sebelah selatan masjid Agung Tuban atau sebelah barat alun-alun kota Tuban .
BERIKUT KUTIPAN SEJARAH SUNAN BONANG
Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Beliau adalah putra keempat dari perkawinan Sunan Apel dengan Dewi candrawati binti Brawijaya Kertabhum. Dengan demikian Sunan Bonang yang bernama asli Raden Makdum itu masih cucu raja majapahit.
Sesudah belajar ilmu di negeri pasai bersama Raden Paku,Raden Makdum Ibrahim berda’wah si daerah Tuban dengan menggunakan kesenian rakyat yang di sebut Bonang. Bonang adalah sejenis gending atau besi atau kuningan yang ditonjolkan di bagian tengahnya. Bila tonjolan itu dipukul dengan kayu lunak akan timbul suara yang merdu. Pada waktu itu bunyi demikian ini sudah sangat mengasyikan terdengar di telinga para penduduk . Lebih-lebih yang membunyikan Bonang itu adalah Waliullah,maka bunyinya mempunyai pengaruh luar biasa sehingga banyak pendududk yang berbondong-bondong ingin menyaksikan dan mendengar dari dekat.
Banyak penduduk yang ingin belajar membunyikan Bonang semerdu Raden Makdum Ibrahim,mereka juga ingin melagukan tembang(nyayian) yang diciptakan Raden Makdum Ibrahim sendiri. Nyayian itu berisikan pookok-pokok ajaran agama Islam. Jadi tanpa terasa para penduduk Tuban belajar agama Islam melalui kesenian mereka sendiri.
Murid-murid Raden Makdum Ibrahim ini sangat banyak,baik murid yang berada di Tuban,Jepara,Bawean dan Madura. Karena kepandaiannya membunyikan kesenian bernama bonang maka Raden Makdum Ibrahim kemudian disebut Sunan Bonang.
Sunan Bonang terkenal sebagai ulama besar yang berilmu tinggi,sabar dan santun terhadap sesama manusia walaupun berbeda agama.
Pada suatu hari ada seorang Brahmana yang mendengar kehebatan dan ketinggian Sunan Bonang, Brahmana itu bermaksud menantang Sunan Bonang untuk mengadu ilmu. Dia berlayar ke Tuban. Tapi ketika perahunya mendekati pantai Tuban tiba-tiba diserang ombak besar. Perahu Sang Brahmana terbalik,puluhan kitab tebal-tebal yang sedianya di bawa untuk berdebat dengan Sunang Bonang tenggelam di dasar laut.
Brahmana itu sendiri terdampar ke tepi pantai dalam keadaan pingsan. Ditepipantai dia kebingungan setelah sadarkan diri. Tak tahu dimanakah dia sekarang berada.
Brahmana itu celingukan ke sana ke mari. Suatu ketika di lihatnya seorang berjubah putih berjalan sembari membawa tongkat. Brahmana itu mandekat dan bertanya “Tuan apakah nama tempat ini?”
Orang berjubah putih itu menancapkan tongkatnya ke tanah,ketika dicabut lagi ada air mengucur di lubang tongkat itu. Makin lama air yang muncrat semakin banyak. Tanpa sadar si Brahmana mengucapkan “tuban” maksudnya metu-banyu atau keluar air .
“ya daerah ini memang di namakan Tuban!”sahut orang berjubah putih.
“Oh,jadi saya sudah sampai di Tuban!”gumam orang itu.”Dimanakah saya dapat bertemu dengan Sunan Bonang?”
“Untuk apa Tuan mencari Sunan Bonang?”si orang berjubah putih balik bertanya.
“Saya akan mengajak nya adu kepandaian,tapi saying kitab-kitab yang saya bawa telah tenggelam ke dasar laut”,kata orang itu
“Tuan masih menginginkan kitab-kitab itu ?”Tanya orang berjubah putih.
“Ya,tentu saja. Tapi sudah tidak mungkin.siapa yang sangggup mengambil kitab itu dari dasar samodra?”sahut sang Brahmana.
Orang berjubah putih itu menundingkan tongkatnya kea rah lubang air yang memancar tiba-tiba muncullah kitab-kitab milik sang Brahmana yang taddinya tenggelam di dasar samodra.
“Inikah kitab Tuan ?”Tanya si orang berjubah putih.
“Benar,itu adalah kitab-kitab saya.”sahut orang itu dengan wajah penuh tanda tanya. Benar –benar tak disangka apabila orang berjubah putih itu dapat mengambil kitab-kitabnya yang tenggelam. Hanya orang yang berilmu tinggi dan dekat kepada Allah SWT.yang dapat melakukannya.
“siapakah sebenarnya Tuan ini?”tanya sang Brahmana.”orang menyebut saya Sunan Bonang.”kata orang berjubah putih yang memang Sunan Bonang sendiri adanya.
Serta merta sang Brahmana menjatuhkan diri berlutut di hadapan Sunan Bonang.
“jangan bersujud pada sesama manusia,itu tidak boleh kata Sunan Bonang.
“saya mohon maaf karena mempunyai niat buruk terhadap Kanjeng Sunang .sudikah menerima saya sebagai murid.”
Demikianlah akhirnya sang Brahmana menjadi murid Sunan Bonang . dan ikut menyebarkan agama Islam di daerah asalnya.
Ada suatu keanehan. Makam Sunan Bonang ada di dua tempat ,satu di sebelah barat Masjid Agung Tuban. Satunya lagi berada di pulau Bawean. Kisahnya demikian, Sunan Bonang wafat di pulau Bawean. Oleh murid-muridnya yang berada di pulau Bawean bermaksud dimakamkan di Bawean. Tetapi murid-murid yang berasal dari Tuban tidak setuju. Pada malam harinya penjaga jenazah Sunan Bonang di isrep dengan dengan sebuah ilmu gaib sehingga penjaga itu tertidur lalu jenazah Sunan Bonang di bawa dengan perahu menuju kota Tuban.
Anehnya, esok harinya ternyata jenazah Sunan Bonang yang di bawean masih ada .hanya kain kafan yang tadinaya ada dua sekarang tinggal satu.
Jenazah yang dibawa ke Tuban juga masih ada.hanya saja kain kafan yang tadinya ada dua dan yang di kenakan ditubuh Sunan Bonang sekarang tinggal satu.
From : buku”Kisah Wali Songo.
0 komentar:
Posting Komentar